Tidak Mengenal Cahaya


Pada kesempatan kali ini karya sastra indonesia mencoba meramu beberapa kata indah yang membentuk sebuah puisi disabilitas penuh makna yang sebelumnya juga telah menghadirkan puisi menyentuh yang berjudul Hanya Satu yang Membisu sebelumnya. Berisi perjuangan seorang pengemis buta yang rela mengorbankan waktunya untuk mencari uang demi menghidupi anak-anaknya yang masih kecil. Dengan tulus ikhlas dia melangkah bertumpu pada tongkat bambu sebagai penunjuk jalan dengan berbagai rintangan yang menghadangnya. Puisi perjuangan ini dapat menjadi renungan bagi kita yang telah dianugerahi kesempurnaan fisik dan kemampuan bekerja secara layak. Hidup kadang terasa tidak adil bagi sebagian orang, namun ingatlah bahwa Allah Maha Adil kepada setiap hamba-Nya. Allah lah yang lebih tahu akan arti hidup setiap manusia. Dia lah yang akan membalas setiap perjuangan yang dilalui hamba-Nya di dunia. Oleh karena itu janganlah mengeluh dalam menjalani kehidupan ini. Mari perbanyak amal ibadah sebagai bekal kita menjalani kehidupan di akhirat kelak. "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S. Ar-Rohman : 13)

Tidak Mengenal Cahaya


Tongkat lusuh bambu
Meraba langkah
Sepanjang samudera berbatu
Sepanjang lapangan retak
Oleh teriknya surya

Hanya Satu
Tujuan langkah
Mengais receh dari jemari dermawan
Lelah tak terasa
Jarak tak terhitung
Keringat tak terusap
Darah kaki tak terobati

Namun semua kau leburkan
Di dalam dekapan buah hati tercinta
Setia menunggu
Sesuap nasi yang kau beli
Atas hasil tengadah tanganmu

Engkau hanya percaya
Hidup bukanlah dunia
__________________
Sumber Gambar : http://iswara-itp.blog.uns.ac.id/2012/09/17/hilang-cahaya-mu/

0 komentar:

Post a Comment